Selasa, 13 November 2012

Paling lambat 2045, RI jadi negara maju

 Visi menjadikan Indonesia sebagai negara maju seharusnya tidak hanya dipandang sebagai sebuah mimpi. Alasannya, Indonesia memiliki cukup modal untuk mewujudkannya.

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) meyakini bahwa abad ke-21 akan menjadi abad bagi Indonesia. Indonesia pada 2020 atau paling lambat 2045 akan menjadi negara maju. 

Presiden meyakini, pada tahun tersebut Indonesia sudah naik kelas dari negara emerging country kelas menengah menjadi emerging country papan atas. Indonesia pada saat itu juga telah memiliki peradaban yang unggul.

”Indonesia akan memiliki ekonomi yang kuat serta berkeadilan dan ramah lingkungan serta menjadi productive innovative dan sustainable high economy,” ujar Presiden SBY saat menyampaikan sambutan dalam acara Penyatuan Visi ”Bersama Menuju Indonesia Maju 2030” yang diselenggarakan Komite Ekonomi Nasional (KEN) di Jakarta, kemarin.

Presiden mengingatkan, Indonesia memiliki cukup potensi untuk menuju negara maju. Selain dilimpahi sumber daya alam, Indonesia kaya dengan sumber daya manusia serta pangsa ekonomi domestik yang sangat besar.

Pasar domestik yang sangat besar inilah,yang menurut Presiden, harus terus dimanfaatkan. ”Kita tidak boleh berorientasi ekspor sementara. Dalam resesi global, negara yang menggantungkan ekspor sering mengalami kesulitan yang besar,” ujarnya. 

Presiden mengakui masih banyak pekerjaan rumah (PR) yang harus diselesaikan untuk mewujudkan mimpi besar menjadi negara maju pada 2030, terutama PR memperbaiki kualitas sumber daya manusia (SDM). Karena itulah, perbaikan di bidang pendidikan harus segera ditingkatkan. 

Selain SDM, perbaikan konektivitas serta ketahanan pangan dan energi juga harus dilakukan. ”Mari kita pahami potensi ekonomi Indonesia. Sumber daya alam, SDM, serta ukuran ekonomi domestiknya. Kecuali ada globalshock yang luar biasa (visi menjadi negara maju pada 2030) tidak terpenuhi,” paparnya. 

Secara khusus, Presiden menggarisbawahi pentingnya konsumsi masyarakat dalam mendorong pertumbuhan ekonomi ke depan. Menurutnya, konsumsi masyarakat sebagai motor utama pertumbuhan ekonomi harus tetap dijaga, bahkan di tengah krisis ekonomi sekalipun. 

Presiden SBY mengingatkan, keep buying strategy menjadi penyelamat bagi perekonomian Indonesia di tengah krisis global pada 2008 dan 2009 lalu. Strategi serupa bisa diterapkan bila ada krisis baru yang mengancam. ”Di masa krisis, janganberhenti membeli barang dan jasa.

Kalau ada yang mau beli, maka perusahaan akan tetap hidup, (mereka) tidak mem-PHK dan karyawan tetap bisa membeli barang, konsumsi hidup lagi dan ekonomi jalan lagi,” tuturnya. 

Dalam kesempatan yang sama,Ketua KEN Chairul Tanjung menegaskan bahwa visi menjadikan Indonesia negara maju pada 2030 adalah impian yang bisa digapai. Chairul mengatakan, Indonesia memiliki sumber daya alam yang bisa menjadi input produksi dalam penciptaan nilai tambah produksi. 

Selain itu, letak geografis di jantung perdagangan Asia Pasifik juga menjadikan Indonesia memiliki peluang untuk memanfaatkan itu sebagai rantai produksi global. Keragaman budaya, tradisi, dan alam yang memiliki nilai jual tinggi juga menjadi kelebihan lain Indonesia.

”Indonesia negara maju bukanlah sekadar mimpi. Kemajuan Indonesia harus bertumpu pada sesuatu yang menjadi kekhususan Indonesia, kekayaan alam dengan spektrum yang luas,” ucap Chairul. 

Dia mengingatkan, Indonesia juga memiliki modal lain dalam hal jumlah penduduk berusia muda serta kemampuan daya beli masyarakat. Namun, Chairul mengatakan bahwa kekayaan alam yang melimpah tidak boleh menjadi input produksi selamanya karena Indonesia harus mampu bertransformasi menjadi negara yang lebih bertumpu pada produksi yang mengandalkan SDM dan teknologi. 

Chairman McKinsey Global Institute (MGI) Indonesia Raoul Oberman menuturkan, pada 2030 mendatang Indonesia diprediksi telah memiliki produk domestik bruto (PDB) sekitar USD1,8 triliun, jauh di atas PDB saat ini yang hanya USD1,1 miliar.

Besarnya PDB Indonesia didorong oleh bertambahnya kelas konsumen dari 45 juta saat ini menjadi 135 juta orang. ”Saat itu Indonesia bakal memiliki 90 juta konsumen baru dengan income USD3.600 per kapita. Ada 60 juta penduduk yang hidup di perkotaan serta potensi bagi usaha jasa sebesar USD1,1 triliun,” tutur Oberman. 

0 komentar:

Posting Komentar